Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) telah mengidentifikasi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh sektor jasa konstruksi. Salah satu tantangan utama yang disoroti adalah dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap biaya bahan baku impor yang digunakan dalam industri konstruksi.
Ketua Umum BPP Gapensi, Andi Rukman Karumpa, menyatakan bahwa pelemahan Rupiah berdampak signifikan terhadap biaya bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat berat. Menurutnya, ketika Rupiah melemah, biaya impor ini meningkat secara langsung. Akibatnya, biaya produksi keseluruhan naik, menyusutkan margin keuntungan dan berpotensi meningkatkan harga proyek jika tidak dilakukan penyesuaian anggaran.
Andi mengungkapkan bahwa Gapensi sedang mempertimbangkan untuk mengusulkan eskalasi nilai proyek kepada pemerintah sebagai respons terhadap kenaikan biaya tersebut. Dia juga merujuk pada surat Kementerian Keuangan yang belum memberikan dampak positif dalam mengatasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan aspal terhadap kontrak pekerjaan konstruksi tahun anggaran 2022.
Selain kenaikan biaya bahan baku, pelemahan nilai tukar Rupiah juga membawa dampak lain seperti keterbatasan likuiditas, penundaan proyek, risiko kredit, dan inflasi bagi pengusaha jasa konstruksi. Andi menjelaskan bahwa perusahaan konstruksi yang bergantung pada bahan baku impor dalam jumlah besar dapat mengalami penurunan aliran kas, memerlukan renegosiasi anggaran, atau mencari sumber dana tambahan untuk menyelesaikan proyek yang sudah berjalan.