Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani, saat ini berbisnis di Indonesia memang tergolong berat. Salah satu alasan utamanya adalah biaya logistik yang semakin memberatkan para pengusaha. Shinta menyatakan bahwa dunia usaha di Indonesia masih penuh tantangan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Biaya tinggi untuk menjalankan bisnis, seperti biaya logistik, supply chain, energi, tenaga kerja, dan pinjaman, membuat Indonesia masih menjadi negara dengan biaya tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (13%), China (16%), dan Singapura (8%). Meskipun Kementerian PPN/Bappenas menyatakan bahwa angka biaya logistik sudah turun menjadi 14-15% dari PDB, data Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2023 menunjukkan kelemahan dalam performa logistik di Indonesia.
Situasi ini semakin diperparah dengan situasi geopolitik di Timur Tengah, di mana serangan Milisi Houthi di Laut Merah membuat kapal komersial harus memutar Afrika, meningkatkan ongkos logistik akibat terhambatnya jalur distribusi. Selain itu, biaya perdagangan juga menjadi perhatian karena sulitnya mendapatkan bahan baku impor, menyebabkan turunnya kinerja ekspor bagi banyak pengusaha.