Orangtua sering merasa kasihan kepada anaknya ketika sesuatu tidak sesuai dengan keinginan sang anak. Namun, apakah kebiasaan ini justru dapat membuat anak tumbuh dengan mental korban? Menurut Psikolog Klinis RS Dr. Oen Solo Baru dan pengajar di Universitas Setiabudi, Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., jawabannya adalah “bisa”. Hal ini berkaitan erat dengan pola bahasa yang digunakan orang tua saat berbicara kepada anak. “Bahasa sangat menentukan pola pikir kita,” ujar Joko kepada Kompas.com.
Menurut teori Neuro-Linguistic Programming (NLP), bahasa memiliki kekuatan besar dalam membentuk pola pikir seseorang. Bahkan, bahasa dapat memengaruhi apa yang terjadi dalam kehidupan seseorang karena terhubung dengan alam bawah sadar. “Alam bawah sadar kita, vibrasinya sama dengan alam semesta kita,” jelas Joko. Alam bawah sadar menyimpan pesan-pesan yang sering didengar, dipercaya, dan dipikirkan. Pesan ini kemudian dapat terwujud dalam kehidupan nyata.
Dalam pola asuh, jika orang tua sering menggunakan bahasa yang menggambarkan anak sebagai sosok yang lemah atau tidak mampu, pesan itu akan tersimpan di pikiran bawah sadar anak. Akibatnya, anak tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya memang lemah atau tidak mampu, sebagaimana yang digambarkan oleh orang tua. Beberapa contoh ungkapan tersebut adalah: “Kasihan kamu enggak kuat, biar Mama saja yang mengerjakan”, “Kasihan kamu harus kayak gitu”, dan “Kamu itu lemah, makanya harus makan banyak”.