Mobil listrik dari China mulai mendominasi pasar di kawasan Asia Tenggara, mengalahkan pesaing-pesaing besar dari Jepang dan Korea Selatan. Menurut studi yang dilakukan oleh Counterpoint Research dan dilansir oleh Reuters pada Sabtu (22/6/2024), penjualan mobil listrik asal China telah meningkat dua kali lipat pada kuartal pertama tahun 2024. Sementara itu, penjualan mobil konvensional yang biasa menggunakan bahan bakar minyak, yang sebelumnya didominasi oleh perusahaan-perusahaan otomotif dari Jepang dan Korea Selatan, mengalami perlambatan sebesar 7 persen dalam periode yang sama.
“Produsen mobil dari Jepang dan Korea yang biasanya mendominasi penjualan mobil konvensional, kini tertinggal dalam adopsi kendaraan listrik. Produsen mobil asal China turun tangan untuk mengisi kesenjangan ini,” ujar Abhik Mukherjee, seorang analis dari Counterpoint. Menurut data yang diberikan, penjualan mobil listrik di kawasan ASEAN pada kuartal pertama tahun 2024 meningkat dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Dari data tersebut, sebanyak 75 persen berasal dari merek-merek mobil China yang dipimpin oleh BYD.
Pabrikan mobil listrik dari China memilih Thailand, negara dengan ekonomi terbesar kedua di ASEAN, sebagai tempat untuk membangun fasilitas produksi mobil listrik baru dengan investasi lebih dari Rp 23,7 triliun. Di samping itu, pusat manufaktur mobil regional yang juga menjadi tempat bagi Toyota Motor dari Jepang dan Honda Motor dari Jepang, diketahui menyumbang sebanyak 55 persen dari seluruh penjualan mobil listrik di Asia Tenggara pada kuartal pertama, dengan pertumbuhan segmen sebesar 44 persen dibandingkan tahun sebelumnya.